Hadis ke-220 | Mengangkat Tangan saat Takbir - Terjemah Ibanatul Ahkam

Ibanatul Ahkam

Redaksi Hadis

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- (أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا اِفْتَتَحَ اَلصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

وَفِي حَدِيثِ أَبِي حُمَيْدٍ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ : ( يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ يُكَبِّرَ )

وَلِمُسْلِمٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رضي الله عنه نَحْوُ حَدِيثِ اِبْنِ عُمَرَ وَلَكِنْ قَالَ : ( حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ )

Artinya : "Dari Ibnu Umar (r.a) bahwa Nabi (s.a.w) mengangkat kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua bahunya disaat beliau memulai solat, Ketika bertakbir untuk rukuk dan ketika mengangkat kepalanya daripada rukuk.” (Muttafaq ‘alaih)

Di dalam hadis Abu Humaid yang diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan seperti berikut: “Baginda mengangkat kedua telapak tangannya hingga keduanya sejajar dengan kedua bahunya, kemudian mengucapkan takbir.”

Menurut riwayat Muslim melalui Malik ibnu al-Huwairits telah disebutkan hadis yang sama dengan hadis Ibnu Umar, tetapi dikatakan: “Hingga kedua telapak tangannya lurus sejajar dengan hujung kedua telinganya.”

Di dalam hadis Abu Humaid yang diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan seperti berikut: “Baginda mengangkat kedua telapak tangannya hingga keduanya sejajar dengan kedua bahunya, kemudian mengucapkan takbir.”

Menurut riwayat Muslim melalui Malik ibnu al-Huwairits telah disebutkan hadis yang sama dengan hadis Ibnu Umar, tetapi dikatakan: “Hingga kedua telapak tangannya lurus sejajar dengan hujung kedua telinganya.”

Makna Hadis

Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram di dalam solat adalah disyariatkan berdasarkan ijmak ulama. Akan tetapi dilarang dilakukan ketika mengucapkan salam, sedangkan apabila dilakukan ketika berpindah untuk rukuk dan mengangkat kepala dari rukuk, serta ketika berdiri dari tasyahhud pertama untuk rakaat yang ketiga masih diperselisihkan. Hadis yang menceritakan hal tersebut cukup banyak. Pendapat inilah yang dianut oleh Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad, dan ini merupakan salah satu daripada riwayat Imam Malik. Ulama Kufah tidak menganut pendapat ini dan ini merupakan pendapat masyhur di kalangan mazhab Imam Malik.

Analisa Lafad

حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ = Berhadapan dan sejajar dengan kedua bahunya. Nabi (s.a.w) mengangkat kedua tangannya hingga jari jemari kedua tangannya sejajar dengan bagian atas kedua telinganya, sedangkan kedua ibu jarinya sejajar dengan bagian bawah kedua telinganya, dan telapak tangannya sejajar dengan kedua bahunya.

حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا = Ungkapan ini menunjukkan batas mengangkat kedua tangan, yaitu hingga sampai ke kedua bahu.

حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ = Hingga kedua telapak tangannya sejajar rata dengan hujung kedua telinganya.

Hikmah bertakbir dengan cara sedemikian adalah mengagungkan perbuatan yang hendak dilakukan sekaligus mengetepikan dunia dan menghadap solat dengan sepenuh hati sebagai sarana bermunajat kepada Allah hingga perbuatannya itu sesuai dengan ucapan"Allahu Akbar" itu.

Fikih Hadis

  1. Disyariatkan mengangkat kedua tangan ketika melakukan takbiratul ihram, rukuk, mengangkat kepala dari rukuk dan berdiri dari tasyahhud pertama seperti mana yang telah ditetapkan oleh hadis Ibn Umar menurut riwayat al-Bukhari disertai dengan tambahan yang disebutkan pada riwayat yang lain yaitu bacaan: "سمع الله لمن حمده" ketika mengangkat kepala daripada rukuk. Imam Malik, Imam al-Syafi'i dan Imam Ahmad berkata: “Batasan mengangkat kedua tangan adalah sejajar dengan kedua bahu.” Sedangkan Imam Abu Hanifah berkata: “Batasan mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua telinga.” 
  2. Menjauhkan kedua siku dari kedua sisi lambung ketika sedang sujud.
  3. Disyariatkan meratakan kepala dengan tulang belakang ketika melakukan rukuk.
  4. Disunahkan duduk di antara dua sujud dengan cara duduk iftirasy dan duduk dalam tasyahud akhir dengan cara duduk tawarruk. Apa yang disunahkan ialah cara duduk, bukan duduknya itu sendiri, kerana perbuatan duduk itu sendiri merupakan rukun solat.
Disarikan dari penjelasan KH. Ahmad Fatih Syuhud saat pengajian kitab Ibanatul Ahkam berikut videonya:

Next Post Previous Post