POSITIF DAN NEGATIF HIDUP DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI
Era Teknologi Informasi
Pada abad ke-21 saat ini kita hidup di sebuah
zaman yang disebut dengan teknologi informasi (information technology). Tiga inovasi teknologi revoluisoner dan
fenomenal yang dihasilkan pada era ini adalah komputer,[1]
internet[2]
dan telekomunikasi seluler (mobile phone).[3]
Dari tiga penemuan ini dunia mengalami suatu keadaan yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Adanya telekomunikasi seluler membuat hubungan antarmanusia menjadi
begitu mudah dan dekat tanpa mengenal batas geografis dengan biaya yang sangat
terjangkau bagi mayoritas penduduk dunia. Adanya teknologi internet membuat
arus informasi yang dulunya hanya dapat diakses melalui publikasi cetak seperti
koran, tabloid, majalah, buku, kitab; atau melalui media audio (radio, tape
recorder) dan audio visual (televisi dan video), sekarang dapat diakses dengan
sangat mudah. Adanya komputer yang murah dan terjangkau serta mudah
penggunaannya membuat mayoritas generasi muda menjadi melek teknologi. Tiga
inovasi hebat abad ini tersebut kemudian menghasilkan produk-produk turunan
hasil kolaborasi kalangan individu jenius dan kreatif di berbagai bidang. Mulai
dari ponsel pintar (smart phone) dan berbagai aplikasinya, game online
dan offline, berbagai macam gadget, website dan berbagai layanan yang
ditawarkan: media sosial Facebook, Twitter; mesin pencari search engine:
Google, Bing, Yahoo!, dan lain-lain untuk menyebut beberapa produk hasil
turunan dari teknologi informasi.
Semua produk-produk yang disebutkan di atas
memiliki pengaruh dan dampak besar bagi umat manusia. Terutama generasi muda.
Dan semua produk teknologi informasi di atas saling terkait satu sama lain
sehingga menghasilkan suatu fungsi yang luar biasa. Misalnya, ponsel pintar
Android atau iPhone yang umumnya sudah terkoneksi internet. Dari alat ini kita
dapat berkomunikasi secara lisan, mengirim SMS, chatting dan kirim foto via
WhatsApp, mengakses Facebook, tukar foto via Instagram, mencari informasi
melalui Google, membaca berita terbaru di media online, dan sebagainya.
Dunia terasa begitu dekat dan informasi terasa
begitu murah. Dulu, seorang mahasiswa
yang sedang menulis skripsi harus “bertapa” di perpustakaan kampus dalam waktu
yang cukup lama untuk mencari bahan-bahan tulisan dan rujukan. Itupun belum
tentu tersedia terutama apabila kuliahnya di kampus swasta yang tidak favorit.
Sekarang, berbagai macam buku, jurnal ilmiah dan kitab-kitab agama dapat dengan
mudah diakses melalui internet.
Manfaat Teknologi Informasi
Seperti disinggung di muka, teknologi
informasi (TI) memilki keunggulan besar yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan
umat manusia. Beberapa manfaat positif
teknologi TI antara lain:
Pertama, mudah mencari ilmu
Mesin
pencari (search engine) Google adalah sistem penggalian informasi
terbaik saat ini. Mesin pencari akan mengantarkan informasi bagi pengguna
internet untuk mendapatkan apapun yang dicari. Termasuk akses mudah membaca
buku dan kitab agama.
Buku dan kitab yang terdapat di berbagai
website di internet dapat dibaca langsung secara online atau diunduh (download)
untuk disimpan di komputer, laptop atau di ponsel kita. Jutaan buku, jurnal,
artikel dan materi ilmiah lainnya dalam berbagai bahasa tersedia dengan mudah
dan gratis di internet. Tersedianya banyak buku di internet ini berkat adanya
program digitalisasi atau konversi buku cetak ke format digital dari berbagai
perpustakaan di dunia yang kemudian disimpan di website yang terbuka untuk
umum. Baik dengan cara konversi langsung
melalui teknologi scanning maupun dengan cara penulisan kembali (rewrite).
|
Dalam konteks ini, maka internet dapat
dijadikan sebagai asisten yang setia untuk membantu kita mendapatkan informasi
keilmuan yang diperlukan atau menyebarkan ide dan gagasan kita ke pembaca yang
lebih luas.
Kedua, kemudahan menyebarkan dakwah
Menyebarkan
kebaikan, menyampaikan nasihat kebenaran (tawashaw bil haqqi) adalah
kewajiban seorang muslim yang secara eksplisit tertuang dalam QS Ali Imron
3:110 “Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.”[4]
Menyebarkan dakwah melalui internet dan ponsel
pintar dapat dilakukan dengan banyak cara. Misalnya, melalui website pribadi
atau blog, melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp (WA), BBM,
email, Instagram, grup online, dan melalui video atau audio online.
Ketiga, penyebaran dan pertukaran ide keilmuan.
Internet
memungkinkan para ulama, ustadz, profesor, santri, mahasiswa dan pelajar untuk
bertukar pikiran. Caranya, (a) dengan membuat website pribadi dan mengunggah (upload)
karya tulis mereka di website pribadi masing-masing. Membuat website pribadi
itu tidak sulit. Tersedia pembuatan website secara gratis atau yang berbayar.
Banyak ulama, profesor, dosen, ustadz, santri,
dan mahasiswa yang memiliki website atau situs pribadi. Mereka menulis gagasan
di website pribadi masing-masing, lalu dikomentari atau direspons oleh yang
lain di situsnya sendiri. Beberapa ulama besar Timur Tengah yang memiliki
website sendiri antara lain: Habib Umar bin Hafizh (alhabibomar.com), Yusuf
Qaradhawi (qaradawi.net), Abul Hasan Nadwi (abulhasanalinadwi.org), Abdullah
bin Bayyah (binbayyah.net), Ali Jumah (draligomaa.org). Sementara di Indonesia,
ada KH. Mustofa Bisri (gusmus.net), Quraish Shihab (quraishshihab.com),
Abdurahman Wahid (gusdur.net).
Keempat, belajar keterampilan.
Dulu,
orang belajar keterampilan harus datang ke guru. Tapi sekarang dapat dilakukan
dengan melihat presentasi di Youtube.com. Berbagai macam tutorial dapat
dijumpai di layanan berbagi video milik Google ini. Mulai dari cara memasak,
cara menjahit, cara teknik vokal qiroah taghonni ala Muammar ZA, cara mengaji
Quran murottal qiroah sab’ah, dan lain-lain.
Dampak Negatif Teknologi Informasi
Manfaat
teknologi informasi begitu besar. Namun, mudaratnya juga tidak kecil. Kalangan
pendidik harus memahami dampak positif dan negatif dari teknologi dan mencari
jalan terbaik dalam menyikapinya agar kita dapat mengonrol dan memanfaatkan
teknologi secara maksimal untuk kebaikan generasi muda dan dunia
pendidikan. Bukan malah menjadi
korban. Beberapa dampak negatif teknologi
informasi:
Pertama, pornografi
Ini
problem terbesar yang disebabkan oleh teknologi informasi yang terus
berkembang. Anak muda adalah masa depan bangsa, negara dan dunia. Dengan adanya
perkembangan teknologi, mereka yang tidak memiliki resistansi akan semakin
menjauh dari nilai-nilai agama dan akhlak. Internet dan ponsel pintar akan
menjadi kutukan bagi akhlak generasi muda apabila disalahgunakan dan kurangnya
pengawasan. Alih-alih menggunakan internet dan gadget sebagai alat untuk
meningkatkan produktifitas keilmuan dan keimanan, mereka justru menggunakannya
sebagai sumber rujukan untuk mengakses situs dengan konten yang tidak mendidik.
Mengakses konten pornografi pada umumnya dilakukan dengan beberapa cara
seperti (a) mendapat kiriman dari teman melalui ponsel atau komputer atau situs
media sosial di internet seperti Facebook; (b) transfer konten dari konter
pulsa atau warnet baik dengan cara membeli maupun sebagai “bonus” dari pihak
warnet untuk menarik pelanggan;[5]
(d) mendownload dari situs berbagi berkas (file sharing) dan situs
berbagi video seperti youtube.com, vimeo.com, 4shared.com, dll.
Pornografi pada dasarnya sudah ada
sejak sebelum era TI, tapi saat ini akses pada pornografi menjadi jauh lebih
mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang usia. Dan yang tak
kalah membahayakan, semua itu dapat diakses secara gratis dan dari dalam rumah.
Oleh karena itu, penting kiranya pengawasan atas aktivitas online yang
dilakukan anak baik oleh orang tua di rumah atau oleh pendidik di lembaga
masing-masing.
Kedua, pergaulan bebas dan perselingkuhan
Teknologi
informasi memungkinkan orang untuk melakukan perselingkuhan dan pergaulan
bebas. Tidak sedikit pasangan suami-istri yang bercerai gara-gara Facebook, BBM
atau SMS. Tidak jarang kalangan muda mudi yang melakukan pergaulan bebas dengan
bantuan internet, ponsel dan komputer. Begitu juga, wanita nakal menjadikan
teknologi sebagai media untuk mencari pelanggan. Oleh karena itu, penggunaan
media sosial Facebook dan lainnya hendaknya dibatasi pada aktivitas yang
bermanfaat saja seperti membagi link atau tautan dari situs yang bermanfaat.
Ketiga, penipuan
Penipuan
melalui internet atau ponsel banyak terjadi saat ini. Dan yang tak kalah
membahayakan adalah penipuan pada gadis-gadis remaja melalui situs media sosial
di mana para penipu ini merayu para gadis remaja agar mengikuti kemauan mereka
untuk tujuan yang bervariasi mulai dari pria mata keranjang yang mengajak
kencan sampai diperdagangkan sebagai PSK.
Thomas Friedman dalam The World is Flat
menyatakan kekhawatirannya dengan teknologi informasi: “There is plenty to worry about in this
future, from kids being lured by online sexual predators through their cell
phones, to employees spending too much time playing mindless phone games, to people
using their phone cameras for all sorts of illicit activities.”[6]
(Banyak yang harus dikhawatirkan di masa depan, dari mulai anak-anak yang
dirayu predator seks online, menghabiskan terlalu banyak waktu bermain games handphone, penggunaan kamera telpon selular
untuk berbagai aktifitas tak pantas).
Keempat, berita bohong
Teknologi
Informasi memungkinkan semua orang memiliki blog pribadi dan situs berita
sendiri. Tidak ada keharusan untuk mendapat ijin dari pemerintah untuk
menerbitkan sebuah blog atau situs berita. Tidak ada keharusan untuk
mempertanggungjawabkan konten yang ditulis kecuali ada pihak yang keberatan dan
melaporkannya ke polisi. Oleh karena itu, kedua alat publikasi online ini
tumbuh pesat seperti jamur di musim hujan.
Kemudahan menerbitkan media online adalah
berkah di satu sisi, tapi sekaligus juga musibah di sisi yang lain. Karena,
tidak sedikit dari penerbit media online yang memiliki niat jahat pada individu
atau kelompok tertentu lalu menjadikannya sebagai alat untuk menyebarkan berita
bohong dan fitnah. Ini umum terjadi apabila ada kepentingan politis seperti
dalam kasus pilpres (pemilihan presiden), pilgub (pemilihan gubernur), pilbup
(pemilihan bupati) dan pilwali (pemilihan walikota). Satu media online
dijadikan alat untuk menyerang lawan baik dengan bayaran atau karena faktor
fanatisme. Santri Aswaja harus menyadari untuk tidak termakan berita di
internet tanpa tabayun dan memverifikasi pada yang bersangkutan atau pada
ahlinya.
Kelima, kesehatan mata dan punggung
Teknologi
informasi menyebabkan banyak masalah kesehatan pada penggunanya. Survei yang
dilakukan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa peningkatan pemakaian gadget
menyebabkan pengguna menderita problem kesehatan seperti sakit punggung,
melemahnya pandangan mata, dll. Karena kurangnya aktivitas fisik, kegemukan
juga menjadi fenomena yang umum terjadi pada anak zaman sekarang.[7]
Keenam, hubungan sosial
Ponsel,
komputer dan game berdampak buruk pada hubungan sosial. Anak muda menjadi
kecanduan pada perangkat ini dan menghabiskan waktunya duduk di depan komputer
atau layar ponsel. Mereka tidak punya waktu untuk berkumpul dengan orang tua
mereka untuk sekedar berbagi waktu bersama. Mereka lebih memilih untuk
terkoneksi dan mengobrol online dengan teman dan kerabat melalui SMS, Facebook,
WhatsApp (WA), Twitter, BBM (BlackBarry Messenger), Path, dll. Cara ini lebih
disukai dibanding kalau bertemu secara langsung melalui dunia nyata.[8]
Ketujuh, penurunan prestasi akademis
Teknologi
informasi juga berakibat buruk pada performa akademis pada kebanyakan anak
muda. Banyak perangkat teknologi yang membuat anak menjadi kecanduan. Mereka
menyia-nyiakan waktu dengan memainkan gadget tanpa memikirkan studi mereka. Ini
berakibat pada hasil akademis yang buruk.[9]
Kedelapan, menurunnya kemampuan menulis
Menulis
adalah seni yang harus dimiliki oleh setiap individu muslim sebagai salah satu
cara untuk berdakwah. Teknologi informasi memiliki efek negatif pada kemampuan
menulis karena waktu untuk membaca dan menulis
menjadi sangat jauh berkurang.[10]
Kesembilan, terpengaruh paham radikal
Kalangan
muslim dari paham radikal sangat bersemangat dalam memanfaatkan media internet.
Mereka tahu betapa dahsyatnya pengaruh dan cakupan dunia maya. Para ustadz dan aktivis kelompok radikal
ramai-ramai membuat blog, situs dan grup bertema dakwah untuk menyebarkan paham
ekstrim mereka. Sayangnya, hanya sedikit dari kalangan Ahlussunnah Wal Jamaah
(Aswaja) yang melakukan hal serupa. Sehingga, tidak sedikit anak muda NU yang
sedikit banyak terpengaruh paham radikal tanpa mereka sadari. Ada pula menjadi
teryakini bahwa paham Aswaja ternyata tidak benar.
Ada dua faham ekstrim dan intoleran di
Indonesia yaitu Salafi Wahabi dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dari kedua
grup ini, kalangan Salafi Wahabi adalah yang paling aktif menguasai dunia maya
dan menempati 20 besar di Google dengan kata kunci soal agama.[11]
Kesepuluh, gaya hidup hedonisme yang materialistik
Teknologi
informasi plus media konvensional televisi secara terus menerus memberitakan
gaya hidup kalangan selebritis dan pejabat korup yang hidup mewah dan glamor.
Sehingga terkesan bahwa gaya hidup mewah menjadi standar kesuksesan hidup. Anak
muda Islam harus diberi pembekalan bahwa itu tidak benar. Dan bahwa kriteria
sukses adalah pada kerja keras dan kejujuran.
[1] Charles Babbage, insinyur mekanik dan polimat asal Inggris,
dianggap sebagai Bapak Komputer. Ia menciptakan komputer prototipe awal pada
awal abad ke-19 sebelum diciptakannya komputer modern seperti sekarang.
Komputer menjadi inovasi terbaik #2 versi Majalah Forbes (2/19/2009)
[2] Pada 1969 adalah tahun kelahiran internet, yang disebut Arpanet,
yang dibuat oleh ARPA (Advanced Research Projects Agency), sebuah departemen
penelitian canggih pemerintah Amerika Serikat yang bertujuan untuk menghubungan
para peneliti mereka pada sejumlah lokasi yang berbeda. Saat ini ARPA berganti
nama menjadi DARPA (Departmen of Advanced Research Projects Agency). Internet
menjadi inovasi terbaik dalam 30 tahun terakhir versi majalah Forbes, edisi 2/19/2009.
[3] Pada 1973, Motorola meluncurkan handphone (HP) pertama. Model
pertama ini memiliki berat 1.13 kg, dapat berbicara selama 30 menit, dan
memakai baterai yang memerlukan 10 jam untuk mengisinya. Teknologi ponsel
(telepon seluler) ini dilanjutkan dengan ponsel pintar (smartphone) pada
tahun 2007 bernama iPhone yang dibuat oleh Steve Job dari perusahaan Apple.
Teknologi ini menjadi inovasi terbaik #3 versi majalah Forbes, edisi 2/19/2009.
[4] QS Ali Imron 3:110
. Teks asal: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ
[5] Berdasarkan wawancara penulis dengan sejumlah pihak terkait.
[6] Thomas L. Friedman, The
World is Flat: the Globalized World in the Twenty First Century, hlm. 198,
Penguin Books, 2006.
[7] “Why Playing Video Games Might Make You Fat,” majalah Forbes,
edisi 29 Mei 2011.
[8] Janna Anderson and Lee Rainie dalam "The future of social
relations", Pew Research Center, edisi 2 Juli 2010.
[9] Richard Adams, "Students who use digital devices in class
'perform worse in exams'", The Guardian, 11 Mei 2016
[10] “The Impact of Digital Tools on Student Writing and How Writing is
Taught in School”, PewResearchCenter, 16 Juli 2013.
[11] Daniel J. Boorstin, “DotCom Terrorism: How Radical Islam Uses the
Internet to Fight the West”, The New Atlantis, No. 5 (Spring 2004), hlm.
91-93