Hadis ke-26 | Bab Menghilangkan Najis - Terjemah Ibanatul Ahkam

Ibanatul Ahkam

Redaksi Hadis ke-26 Ibanatul Ahkam

٢٦ - وَعَنْ أَبِي السَّمْحِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ، وَيُرَسُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ. أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ، وَالنَّسَائِيُّ، وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ.

Dari Abu al-Samh (r.a) bahwa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: "Air kencing bayi perempuan hendaklah dibasuh, sedangkan air kencing bayi lelaki memadai dengan dipercikkan air sahaja." (Disebut oleh Abu Dawud, al-Nasa'i, dan dinilai sahih oleh Hakim)

Makna Umum Hadis

Syariat sungguh bijaksana dalam setiap keputusan yang dibuat. Kita sering kali menggendong bayi lelaki dan memeluk mereka. Di sini, syariat meringankan najis air kencing mereka dengan syarat bayi lelaki itu masih belum berusia dua tahun dan hanya meminum susu. Cara menyucikan air kencingnya adalah dengan memercikkan air ke atasnya. Ini berbeda dengan air kencing bayi perempuan di mana cara menyucikannya adalah dengan membasuhnya, karena najisnya lebih berat daripada najis air kencing bayi lelaki. Selain najis air kencing, tidak ada perbedaan di antara keduanya, yaitu sama-sama najis.

Analisa Lafadz


Unsur Fikih

Perbedaan yang ada antara air kencing bayi lelaki dengan bayi perempuan menurut hukum adalah sebelum mereka memakan makanan lain selain air susu. Air kencing keduanya sama-sama najis, tetapi untuk membersihkan air kencing lelaki memadai dengan memercikkannya dengan air, yaitu menyiramnya tanpa mengalirkan air. Ini merupakan kemudahan syariat. Cara membersihkan air kencing bayi perempuan pun tidak cukup hanya dengan memercikkan air ke atasnya, melainkan wajib dibasuh.

Hikmah yang terdapat dalam masalah ini menurut satu pendapat adalah bersifat ta'abbudiyyah (semata-mata mematuhi perintah syariat), sedangkan menurut pendapat yang lain mengatakan itu karena orang kebanyakan lebih menyukai bayi lelaki dan sering kali menggendongnya. Oleh itu, syariat memberikan keringanan dalam masalah ini. Menurut pendapat yang lain pula, air kencing bayi perempuan lebih pekat, manakala air kencing bayi lelaki tidak demikian.

Dalam kaitan ini para ulama berbeda pendapat. Imam Ahmad dan Imam al-Syafi'i mengatakan adanya rukhsah terhadap air kencing bayi lelaki sebelum usia dua tahun dan belum memakan makanan lain selain air susu. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan pendapat masyhur di kalangan mazhab Maliki, air kencing bayi lelaki dan bayi perempuan sama-sama najis, dan harus tetap dibasuh.

Sekilas tentang Perawi

Abu al-Samh, nama aslinya adalah Ayyad, mawla Nabi (s.a.w). Beliau seorang sahabat dan hanya mempunyai dua buah hadis yang kedua-duanya diriwayatkan oleh Mahall ibn Khalifah.

Lanjut Hadis ke-27 Terjemah Ibanatul Ahkam

Next Post Previous Post