Hadis ke-33 | Bab Wudhu' - Terjemah Ibanatul Ahkam

Ibanatul Ahkam

Redaksi Hadis ke-33 Ibanatul Ahkam

۳۳ - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي صِفَةِ الوُضُوء قَالَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ ، وَمَسَحَ بِاِبْهَامَيْهِ ظَاهِرَ أُذُنَيْهِ) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِي وصححه ابْنُ خُزَيمْمَةَ

33. Dari Abdullah ibn 'Amr (r.a), mengenai gambaran berwudhu, beliau berkata: "Kemudian Baginda mengusap kepalanya dan memasukkan (masing-masing dari) kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya, serta mengusapkan (masing-masing dari dua) ibu jarinya ke bagian luar daun telinganya." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Nasa'i serta dinilai sahih oleh Ibn Khuzaimah).

Makna Umum hadis

يتضمن الحديث بياناً لصفة الوضوء وإيضاح مالم يكن موضحاً في الأحاديث السابقة بطريقة وصفية لمسح الأذنين بالكيفية المبينة التي يرينا مسحهما ظاهراً وباطنا بماء غير الماء الذي مسخ به رأسه لحديث البيهقى

Hadis ini menjelaskan gambaran berwudhu sekaligus menjelaskan perkara-perkara yang tidak disebutkan dalam hadis sebelumnya, yaitu penjelasan mengenai cara mengusap kedua telinga. Caranya adalah mengusap bagian luar dan dalam kedua daun telinga dengan air yang bukan berasal dari sisa-sisa air bekas mengusap kepala, sebagaimana dijelaskan dalam hadis al-Baihaqi.

Analisa Lafadz

السباحتين : مثنى سباحة وهى الاصبع التي تلى الابهام وسميت بذلك لأنه يشار بها عند التسبيح وهى اليمنى والتثنية من باب التغليب ويكره التسبيح باليسرى

الابهام : إسم لأكبر أصابع اليد

"السَّبَّاحَتَيْنِ", Bentuk tatsniyah dari lafaz al-sabbabah berarti jari yang bersebelahan dengan ibu jari, yakni jari telunjuk. Dinamai al-sabbahah karena jari ini biasanya digunakan untuk memegang tasbih ketika berdzikir. Yang dimaksud di sini adalah jari telunjuk sebelah kanan. Penggunaan tatsniyah di sini termasuk dalam bab taghlib, yaitu mengutamakan yang kanan, dan makruh bertasbih dengan jari telunjuk sebelah kiri.

الابهام”, al-ibham adalah nama jari tangan yang paling besar, ibu jari.

Unsur Fikih

بيان صفة الوضوء مع زيادة مسح الأذنين ظاهرهما وباطنهما والجمهور على أنه سنة وقال الامام أحمد إن الأذنين من الرأس فيمسحـان معه وجوباً لقوله ( الاذنان من الرأس ) رواه ابن ماجه

Hadis ini menceritakan gambaran berwuduk, disertai dengan tambahan cara mengusap kedua daun telinga, baik bagian luaran maupun bagian dalamnya. Jumhur ulama mengatakan bahwa mengusap kedua-dua daun telinga hukumnya sunat. Imam Ahmad berkata: 'Kedua-dua daun telinga termasuk bagian dari kepala dan oleh karena itu, keduanya diusap bersamaan dengan pengusapan kepala, dan hukumnya wajib karena berlandaskan kepada sabda Nabi (s.a.w);

الْأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ.

Kedua-dua daun telinga termasuk bagian dari kepala.” Hadis ini disebut oleh Ibn Majah.

Periwayat Hadis

عبد الله بن عمرو بن العاص السهمى القرشي أسلم عبد الله قبل أبيه كان عالماً حافظاً عابدا من الزاهدين المعتزلين الفتن روى ( ۷۰۰ ) حديثاً وروى عنه جماعة منهم حفيده شعيب بن محمد وسعيد بن المسيب وغيرهما وفى وفاته أقوال أصحها ما جزم به ابن حبان سنة ثلاث وستين وعمره (۷۲) سنة.

Abdullah ibn 'Amr ibn al-'Ash al-Sahmi al-Qurasyi masuk Islam sebelum ayahnya. Beliau adalah seorang yang alim, hafiz, ahli ibadah, seorang yang bersifat zuhud, dan tidak mau melibatkan diri dalam fitnah, yaitu tidak ingin terlibat dalam perbalahan yang terjadi di antara kaum muslimin setelah 'Utsman bin 'Affan dibunuh. Beliau meriwayatkan 700 hadis. Di antara ulama yang meriwayatkan hadis daripadanya adalah cucunya sendiri yang bernama Syu'aib ibn Muhammad, Sa'id ibn al-Musayyab, dan banyak lagi. Ulama berbeda pendapat mengenai tanggal wafatnya. Bagaimanapun, pendapat yang paling kuat ialah pendapat Ibn Hibban bahwa ‘Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash wafat pada tahun 63 Hijriah ketika berusia 72 tahun.


Next Post Previous Post