Doa Guru untuk Muridnya agar Paham Ilmu Agama

Sebagai seorang pengajar di pesantren, atau bahkan pimpinan pondok pesantren, tentu menginginkan santri-santri memahami ilmu agama dengan baik. Ilmu agama menjadi inti dari pelajaran di pesantren. Oleh karena itu, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi seorang guru apabila santri atau muridnya menjadi ahli fiqih atau paham dalam ilmu agama.

Di pesantren, ilmu agama tidak hanya diajarkan melalui usaha-usaha lahiriah seperti pengajaran dan pembinaan yang intensif, serta teladan-teladan dari para guru dan kiai, tetapi juga mengenal yang namanya usaha batiniah, salah satunya adalah doa.

Seorang guru seharusnya selalu mendoakan santri-santrinya agar diberi pemahaman dalam ilmu agama. Terkait doa guru kepada muridnya, al-Qadhi ‘Iyadh menceritakan dalam Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik, bahwa dahulu ada seorang guru yang mulia mendatangi Ka’bah dan berdoa:

    اَللَّهُمَّ أَيُّمَاغُلَامٍ عَلَّمْتُهُ، فَاجْعَلْهُ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

Artinya: “Ya Allah, siapa pun yang telah aku ajar, tempatkan dia di antara hamba-hamba-Mu yang saleh."

Konon setelah berdoa demikian, beliau berhasil menjadikan sekitar sembilan puluh ulama dan orang-orang shaleh yang telah dibentuk melalui ajarannya. (Al-Qadhi ‘Iyadh, Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik, [Maroko: Maktabah al-Fadhalah, 1981], jilid VI, hal. 245).

Hikmah yang dapat diambil dari kisah di atas adalah, kesuksesan dan pemahaman seorang murid atau santri terhadap ilmu tidak semata-mata hasil dari usaha lahiriah, melainkan juga membutuhkan usaha batiniah. Tentu saja, usaha lahiriah dan batiniah ini harus seimbang, kegiatan belajar mengajar harus berkualitas, dan doa harus senantiasa dipanjatkan kepada Allah Swt.

Salah satu doa yang dapat diamalkan oleh para guru untuk mendoakan murid-muridnya di pesantren adalah doa yang diamalkan oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub, yang biasa beliau ucapkan setelah shalat berjamaah. Lafaz doanya adalah:

اللَّهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّينِ وَعَلِّمْنَا التَّأْوِيلَ. اَللّهُمَّ فَقِّهْ مَنْ يَدْرُسُ فِي هذَا الْمَعْهَدِ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ

Allahumma faqqihna fiddin wa ‘allimnat ta’wil. Allahumma faqqih man yadrus fi hadzal ma’had fiddin wa ‘allimhut ta’wil

Artinya: “Ya Allah, pahamkanlah kami tentang ilmu agama dan ajarkan kami takwil. Ya Allah, pahamkanlah ilmu agama pada siapa pun yang belajar di pesantren ini dan ajarkan lah mereka takwil”

Doa di atas sebenarnya merupakan bentuk iqtibas atau saduran dari hadits yang dimodifikasi oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub dari sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Dalam riwayat tersebut, diceritakan suatu malam Rasulullah saw. sedang di rumah Maymunah. Di sana ada Ibnu ‘Abbas dan ia membantu menyiapkan air wudhu untuk Rasulullah saw. Maymunah pun berkata, “Wahai Rasulullah, anak ini – yang menuangkan air wudhu untukmu – bernama Ibnu ‘Abbas." Nabi saw. pun seketika berdoa:

اللَّهُمَّ فَقِّهُّ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ

Artinya: “Ya Allah, pahamkanlah ia ilmu agama dan ajarkan ia takwil.” (HR Ahmad). 

Apabila kita melihat kepada penafsiran Al-Quran, banyak sekali riwayat yang berasal dari Ibnu ‘Abbas sebab beliau merupakan seorang ahli dalam menjelaskan Al-Quran. Keahlian beliau selaras dengan doa yang diucapkan Nabi saw di malam itu, yakni supaya diberikan pemahaman dalam ilmu agama dan juga takwil. Demikianlah doa yang dapat diamalkan oleh para guru untuk mendoakan santri dan muridnya. Semoga dengan doa tersebut, usaha lahiriah dapat diimbangi dengan usaha batiniah, sehingga murid dan santrinya dapat menjadi seorang yang ahli dalam ilmu agama.

Baca juga : Menulis Anti Typo

Next Post Previous Post